Para ulama sudah banyak menerangkan perkara akidah ini di dalam kitab-kitab karangan mereka. Ada beragam kitab yang menerangkan persoalan akidah. Dari kitab yang tebal dan komprehensif sampai kitab sederhana nan rigkas. Salah satu kitab yang berisi penjelasan masalah akidah yang bersifat sederhana dan ringkas dan memang ditujukan untuk tingkat pemula adalah kitab Aqidatul 'Awam karangan Sayyid Ahmad Marzuki Al-Maliki Al-Makki.
Kitab ini jamak dipelajari di madrasah-madrasah dan pesantren-pesantren untuk tingkat pemula bersama kitab-kitab lainnya seperti kitab yang membahas akhlak, yaitu Ta’limul Muta’alim karangan Syekh Burhanuddin Az-Zarnuji atau kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim karangan ulama besar Indonesia, Pahlawan Nasional sekaligus pendiri jam’iyah Nahdlatul Ulama, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari, kitab tentang fikih, Taqrib yang dikarang oleh Al-Qodhi Abu Syuja’ Ahmad bin Husain bin Ahmad Al-Ashfahaniy, serta kitab tata bahasa Arab seperti Jurumiyyah karangan Syekh Sonhaji dan Amtsilah At-Tashrifiyah karangan KH. Ma’shum bin ‘Aly dari Jombang.
Kitab ringkas Aqidatul 'Awam ini mempunyai beberapa kitab syarah (penjelasan) seperti kitab Nuru al-Dzalam Syarah Mandzumah ‘Aqidati al-Awam karangan Syekh Nawawi al-Bantani dan kitab Fath Al-‘Alam Syarah Mandzumat ‘Aqidatul ‘Awam karangan Sayyid Ahmad Marzuki Al-Maliki Al-Makki sendiri. Kitab ini pula juga sekaligus menjadi jawaban tak langsung atas pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang yang selalu ingin merusak keyakinan amaliah warga NU. Amaliah seperti tahlil, istigasah, haul (peringatan wafat), pembacaan maulid Diba’ dan Barzanji merupakan hal yang dianjurkan ulama Ahlussunnah wal Jamaah. Karena amaliah ini, telah mengandung nilai-nilai kebaikan guna untuk mendekatkan diri pada Allah dan menanamkan nilai-nilai kecintaan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Dari sinilah besarnya manfaat belajar kitab Aqidatul 'Awam ini beserta juga kitab-kitab yang men-syarah-inya untuk membentengi diri dari segala sesuatu, baik berupa gerakan maupun ajaran baru yang hanya bertujuan merusak ajaran-ajaran yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad ﷺ.
Aqidatul 'Awam ini merupakan salah satu kitab yang diajarkan di setiap pondok pesantren, baik pesantren kecil maupun pesantren yang sudah besar. Materinya berbentuk syair atau nadhom. Bait-bait syairnya senantiasa dilantunkan kalangan santri untuk dijadikan zikir, baik menjelang salat berjamaah maupun memulai sebuah pengajian kitab itu sendiri.
Kitab Aqidatul 'Awam yang ringkas ini berisikan pokok-pokok keyakinan ajaran Islam yang dijadikan sebagai pijakan bagi kaum Nahdliyyin. Di dalamnya dijelaskan tentang ilmu tauhid dan dasar-dasarnya. Ilmu tauhid ini menjelaskan tentang keesaan Allah dan pembuktiannya. Kitab ini pula menjelaskan sifat-sifat Allah, atau yang disebut Aqoid lima puluh. Aqoid lima puluh berarti 50 keyakinan. Keyakinan ini terdiri dari 20 sifat yang wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah, 1 sifat jaiz bagi Allah, serta 4 sifat wajib bagi Rasul, 4 sifat mustahil bagi rasul dan 1 sifat jaiz bagi rasul. Semua merupakan isi dari ajaran yang terangkum dalam Aqidatul Awam. Kewajiban mengetahui 50 keyakinan tersebut diperuntukkan baik bagi laki-laki maupun perempuan yang telah mukalaf (telah dewasa dan wajib menjalankan hukum agama). Kewajiban mengetahui 50 kayakinan tersebut tak hanya untuk diketahui tapi juga dimengerti, sehingga umat Islam bisa mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat, yang hanya akan didapatkan oleh orang-orang yang mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan benar.
Ada cerita menarik tentang penulisan kitab Aqidatul 'Awam ini seperti yang diceritakan dalam buku Terjemah Nadzom Tauhid Aqidah Al-Awam oleh Al-Ustadz Al-Habib As-Sayyid Ali bin Abdurrahman bin Ahmad Assegaf. Berikut ceritanya.
Pada suatu malam Jumat pertama di bulan Rajab di tahun 1258 Hijriah, Sayyid Ahmad Marzuki bermimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad ﷺ sedang bersama-sama dengan para sahabatnya. Nabi pun berkata kepada Sayyid Ahmad Marzuki, "Tulislah nadhom tauhid. Barang siapa yang menghafalnya dia akan masuk surga dan mendapatkan segala macam kebaikan yang sesuai dengan Alquran dan sunah".
Sayyid Ahmad Marzuki pun bertanya kepada Nabi Muhammad ﷺ, "Nadhom apa itu ya Rasulullah?",
Sahabat menjawab, "Dengarkan apa yang akan Nabi Muhammad ﷺ ucapkan."
Nabi Muhammad ﷺ berkata, "Ucapkanlah
أَبْـدَأُ بِـاسْمِ اللهِ وَالرَّحْـمَنِ
أَبْـدَأُ بِـاسْمِ اللهِ وَالرَّحْـمَنِ
Sampai dengan akhir nadhom yaitu,
وَصُحُـفُ الْخَـلِيْلِ وَالْكَلِيْمِ فِيْهَـا كَلاَمُ الْـحَـكَمِ الْعَلِـيْ
Nabi saat itu mendengarkan bacaan Sayyid Ahmad Marzuki. Saat Sayyid Ahmad Marzuki terbangun dari tidurnya, beliau membaca apa-apa yang terjadi dalam mimpinya. Ternyata nadhom tersebut telah terekam rapi dari awal sampai dengan akhir nadhom di ingatannya. Kemudia tatkala di malam Jumat 28 Zulkaidah, Sayyid Ahmad Marzuki bermimpi kembali berjumpa dengan Nabi Muhammad ﷺ di waktu sahur menjelang subuh untuk yang kedua kalinya, Nabi Muhammad ﷺ berkata kepada Sayyid Ahmad Marzuki, "Bacalah apa yang telah kau kumpulkan di hatimu (pikiranmu)". Sayyid Ahmad Marzuki pun berdiri dan membacanya dari awal sampai akhir nadhom dan dan para sahabat Nabi radhiyallahu anhum di sekeliling Nabi Muhammad ﷺ mengucapkan, "Amin" pada setiap kali bait nadhom ini dibacakan. Setelah Sayyid Ahmad Marzuki menyelesaikan bacaannya, Nabi Muhammad ﷺ berkata kepadanya (mendoakannya),
Artinya, "Semoga Allah memberimu taufik kepada hal-hal yang menjadi ridhoNya dan menerimanya itu darimu dan memberkahi kamu dan segenap orang mukmin dan menjadikannya berguna kepada hamba-hamba Allah SWT. Amin."
Saat Sayyid Ahmad Marzuki ditanya, setelah orang banyak membaca nadhom ini maka beliau menjawab pertanyaan mereka dengan menambahkan satu bait dari ucapannya sendiri,
وَكُلُّ مَا أَتَىٰ بِهِ الرَّسُوْلُ فَحَقُّهُ التَّسْلِيْمُ وَالْقَبُوْلُ
Demikianlah cerita yang melatarbelakangi penulisan nadhom ini. Wallahu A'lam.Berikut adalah nadhom Aqidatul 'Awam dan Terjemahnya yang diambil dari tulisan ustaz Ma'ruf Khozin di laman nahdlatululama.id.
Nadhom ini bisa diunduh di tautan ini. Semoga bermanfaat.