Rangkai temali senandung ekspresi cinta yang semerbak wanginya menembus ruang “roh Rasul” di Alam Barzakh persemayaman Beliau, pantulan cahyanya diharapkan menebarkan kembali aura positif bagi pelantunnya baik di alam dunia yang fana ini terlebih kelak di makhsyar nanti agar dapat syafa’atul kubra dari derai doa Rasul pilihan, Muhammad SAW dengan “gema sholawat”. Sementara ekspresi redaksi sholawat pun berbeda dari rajutan tangan-tangan kreativitas ulama terdahulu dengan iringan hadrah, rebana, atau tanpa iringan apapun hanya dengan suara-suara alam menjadi pengiring bacaaan sholawat. Dengan bersholawat, spirit akan gapaian “cinta Rasul” menjadikan pelantun pun berbaur dengan rasa cinta mendalam, lebih mencintai, lebih merenungi, dan bahkan ending-nya berperilaku karimah baik ritual maupun sosial, wujud cinta sejati pada Rasul yang dengan keringat perjuangan Beliau, kita tetap dalam iman dan Islam.
Di penghujung tahun 2018, sholawat itu kini menggema merajut pengantar aktivitas masyarakat muslim pulau Jawa khususnya, seiring seorang "Nissa Sibyan" yang video sholawat viralnya ditonton ratusan juta kali dan menjadi tren anak muda sholawat masa kini. Ia terlahir masih belia, lahir pada tanngal 23 Mei 1999, gadis belia berumur 19 tahun ini menjadi populer dengan grup gambusnya "Sabyan" yang menggetarkan fanbase-nya di Indonesia. Tak pelak tarif manggung pun melejit. Gadis alumni SMK ini tak kalah bersaing dengan musik-musik genre lain semisal pop maupun dangdut, ditambah ia mempunyai ciri khas dalam berbusana dengan style hijab dan pakaian syar’i. Fantastik, menggelikan memang! Video sholawat di akun YouTube resminya telah ditonton ratusan juta kali dan memiliki lima juta subscribers dan terus meningkat tiap hari. Fannya tidak hanya berasal dari kalangan dewasa, tapi mampu merambah hingga kalangan anak-anak. Lagu hitnya "Ya Habibal Qolbi" sudah ditonton tiga ratus juta kali di kanal YouTube. Angka yang bahkan melebihi total jumlah penduduk di Indonesia.
Lalu, apakah fenomena menarik ini dengan kemasan lagu-lagu hit bertema pujian kepada Rasul ini sekadar senandung ataukah ekspresi cinta Rasul sejati? Atas pertanyaan ini saya teringat isi dalam kitab Tabaqot yang isinya mengurai kisah-kisah para sahabat terdahulu. Pengarangnya menguraikan kisah seorang sahabat datang ke majelis baginda Rasululah SAW dan berkata, "Ya Rasulullah, aku sangat mencntaimu melebihi cintaku terhadap jiwa, harta, dan keluarga sendiri. Jika aku berada di rumah, lalu aku terbayang dirimu, maka aku tidak bisa menahan diri hingga menjumpaimu. Aku berpikir, bagaimana jadinya jika nanti di akhirat engkau akan mencapai derajat para Nabi alaihissalam, maka aku khawatir tidak melihat engkau lagi."
Mendengar hal itu, baginda Nabi SAW hanya berdiam diri, kemudian datanglah malaikat Jibril alaihissalam membacakan wahyu,
"Dan barang siapa menaati Allah dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan-Nya, dan juga menaati Rasul dengan cara memuliakan dan memperkenankan perintahnya, maka mereka yang sehari-hari beramal dengan ikhlas seperti itu, akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah di dalam surga, yaitu para nabi, para pencinta kebenaran, yakni para sahabat Nabi, orang-orang yang mati syahid di medan perang dan orang-orang beramal saleh. Mereka itulah orang yang telah mencapai kedudukan yang tinggi di sisi Allah dan juga merekalah sebenarnya teman yang sebaik-baiknya di kehidupan dunia. Yang demikian itu, yakni keadaan bersama-sama dengan para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orangorang saleh berada di kehidupan surga, adalah karunia yang bersumber dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Pemurah yang juga Maha Mengetahui pemberi ganjaran yang setimpal." (QS. Annisa’: 69─70).
Kadi Iyadh Rahmatullah ‘Alaih berkata,"Siapa yang mencintai sesuatu, ia akan mengutamakan sesuatu itu di atas segalanya," Itulah makna cinta sejati, jika tidak, maka cinta itu hanya pengakuan dan omong kosong belaka. Sementara itu, ciri-ciri mencintai Rasulullah SAW yang terpenting adalah mengikuti jejak Beliau, serta menaati yang diperintahkannya dan menghindari yang dilarang Beliau, baik ketika senang maupun susah, ketika sempit ataupun lapang. Ulama Tauhid menapaki iman paripurna harus melewati tiga tahapan, simbol lisan masuk di relung hati paling dalam yang kemudian diwujudkan dengan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Akankah senandung, "Ya habibal Qolbi" dari lagu Nissa Sabyan ini wujud sejati cinta Rasul? Menyemai dawai cintanya teruslah menggema jadi bentuk perilaku dengan mengupayakan sunah-sunah keseharian Baginda Rasul sebagai panutan. Selebihnya, kita janganlah berburuk sangka, ambillah hikmah di balik "Ya Habibal Qolbi" si belia vokalis gambus yang lagi naik daun ini.
Wallahu’alam bisshowab.
*Imron Hanafi adalah Khodim YPI Badril Huda, Jetis, kecamatan Besuki, alumni
Pondok Pesantren Salafiyah Al Falah Ploso Mojo Kediri, dan pengurus MWCNU kecamatan Besuki. Kini menjabat sebagai Kepala KUA kecamatan Banyuglugur.